Teman SMP Yang Gila SEX
Dalam pengalaman saya, saya memiliki teman SMP yang gila seks.
Ketika masih duduk di kelas III SMP, aku pernah mengalami sebuah kejadian yang sangat mengasyikan, namun lebih baik tidak ditiru. Aku termasuk anak yang cukup nakal di sekolahku yang juga dikenal sebagai tempat berkumpulnya para anak nakal. Tanpa kusadari, aku pun menjadi lebih nakal daripada baiknya.
Di antara teman-temanku, ada seorang cewek bernama Stephanie yang sangat dekat dengan cowok dan terkenal sebagai yang paling bandel dan nakal. Banyak yang menganggapnya sebagai cewek binal karena penampilannya yang agak seronok dibandingkan teman-temannya. Dia selalu mengenakan baju sekolah yang tidak dimasukkan ke dalam, melainkan hanya diikat antara ujung kain dan menggunakan rok yang sangat minim dan pendek, hanya seukuran satu telapak tangan dari lutut.Meskipun begitu, Stephanie tetap menjadi teman yang menyenangkan dan seringkali membuatku tertawa dengan tingkah lakunya yang kocak. Namun, aku tidak pernah menyangka bahwa dia memiliki obsesi yang sangat besar terhadap seks. Dia sering bercerita tentang pengalamannya dengan cowok-cowok yang berbeda setiap kali kami bertemu.
Meskipun aku merasa tidak nyaman dengan topik pembicaraannya, aku tetap mendengarkan dengan seksama. Namun, suatu hari Stephanie mengajakku untuk mencoba hal yang sama seperti yang dia lakukan. Aku menolak dengan tegas karena aku tahu bahwa itu tidak benar dan berbahaya.
Kisah Stephanie menjadi pelajaran berharga bagiku bahwa tidak semua teman baik untuk diikuti. Aku belajar untuk memilih teman yang benar-benar baik dan tidak terpengaruh oleh tekanan teman-teman yang nakal.
Vanie, seorang gadis yang begitu manis dengan penampilan yang menarik. Tingginya sekitar 160 cm, berat badannya 45 kg, dan kulitnya putih bersih. Wajahnya berbentuk oval yang sempurna. Rambutnya sebahu, hitam pekat, dan terlihat begitu keren. Vanie memang memiliki daya tarik yang luar biasa.
Setelah bel kelas berbunyi, menandakan waktu untuk belajar, semua murid bergegas masuk ke dalam kelas. Namun, ada sesuatu yang aneh terjadi. Empat anak, tiga cowok dan satu cewek, masih asyik mengobrol di luar kelas, dekat dengan WC. Sepertinya ada sesuatu yang mereka rencanakan.
Setelah pelajaran kedua selesai, ketiga teman cowok itu meminta izin kepada guru kami untuk pergi ke WC. Itu membuatku curiga. Dalam hatiku, aku bertanya-tanya, "Apa yang sebenarnya mereka rencanakan?"
Tidak lama setelah teman-teman cowok itu pergi ke WC, Vanie pun meminta izin kepada guru kami yang kebetulan mengajar pelajaran Bahasa Indonesia yang terkadang membosankan.
Semakin lama, rasa penasaranku semakin tak tertahankan. Bahkan teman-temanku juga mulai bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam WC. Akhirnya, aku memutuskan untuk meminta izin untuk pergi ke WC dengan alasan yang pasti. Namun, sebelum sampai di sana, aku melihat tiga teman cowok kelasku sedang menunggu seseorang. Tidak lama kemudian, Vanie muncul dan mereka masuk ke WC bersama-sama.
Rasa penasaranku semakin memuncak, sehingga aku mendekati kamar WC yang mereka masuki. Tiba-tiba, terdengar suara keributan seperti perebutan makanan di dalam ruangan tersebut. Tanpa pikir panjang, aku membuka pintu kamar WC yang bersebelahan dengan mereka. Percakapan dan perbuatan mereka terdengar jelas olehku.
"Hai Tun, Sep, siapa yang akan duluan?" tanya Iwan dengan nada gugup.
Vanie, dengan nada menantang, menjawab, "Ayo.., siapa saja yang akan duluan."
Aku terkejut mendengar percakapan mereka. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam WC? Segera saja, aku memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut.
Aku takjub melihat ketiga temanku saling menunjuk dan menantang satu sama lain. Aku bertanya-tanya, apa yang mereka perundingkan dengan begitu serius. Namun, aku tetap diam dan memperhatikan dengan seksama.
Tiba-tiba, Asep dengan nada ringan berkata, "Yah udah, kita bertiga bareng-bareng saja. Biar rame!" Ika langsung menanggapi ajakan Asep dengan antusias, "Ayo cepat! Nanti keburu pulang sekolah." Tak lama kemudian, Utun pun ikut berucap, "Ayo kita mulai!"
Seketika itu juga, mereka langsung bergegas dan mulai berdiskusi. Aku tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tapi terdengar suara resleting yang dibuka dan juga suara orang membuka baju.
Aku merasa penasaran dan ingin tahu apa yang mereka bicarakan. Namun, aku memilih untuk diam dan menikmati momen kebersamaan kami bertiga. Itulah yang membuat persahabatan kami semakin erat dan tak tergantikan.
New Post >> "Istri Sudah Lama Tidak Berhubungan Sex"
New Post >> "Kisah Selingkuh Dengan Calon Mertuaku"
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara riang dari ketiga teman cowok itu. Mereka menanyakan pada Vanie dengan nada gembira, "Hey Vanie... Siapa yang punya alat kelamin terbesar di antara kita bertiga?" Vanie menjawab dengan suara malu-malu, "Kayaknya sih Utun yang paling besar, dan warnanya hitam lagi." Namun, jawaban Vanie tak luput dari sindiran kecil dari Utun yang langsung membalas, "Hey Ka! Cepetan buka baju kamu, biar kita bisa cepat asik dengan Joni. Kita nggak sabar nih!"
Setelah Vanie membuka bajunya, tak berapa lama kemudian terdengar suara teman-teman cowoknya, Utun, Asep, dan Iwan, dengan nada yang sedikit ganas, "Wauw... Kamu benar-benar memiliki tubuh yang indah, Vanie. Seperti putri turun dari langit!"
Tak lama setelah itu, Asep mengajukan pertanyaan pada Vanie dengan nada yang sedikit nakal, "Vanie, bolehkah aku tidak meraba buah dadamu yang terlihat seperti mangkuk mie ini?" Vanie menjawab dengan santai, "Ya, silakan saja. Yang penting jangan merusaknya ya!"
Tidak ingin kalah dengan Asep, Utun juga mengajukan pertanyaan yang sedikit cabul, "Vanie, bolehkah aku memasukkan alat kelaminku ke dalam lubang gua rawamu?" Sambil meraba-raba alat kelaminnya, Vanie menjawab dengan sedikit desakan, "Boleh, tapi jangan terlalu kasar ya, Tun!" Tak mau ketinggalan, Iwan juga mengajukan permintaan yang sedikit intim, "Vanie, bolehkah aku menciumimu dari bibir hingga lehermu?" Vanie menjawab dengan sedikit kesakitan, "Iya, boleh semuanya!" Aku yang berada di samping kamar WC mereka mendengar suara-suara tersebut dan merasa risih. Suara-suara seperti "Aaahh.. eehh.. aawww.. eheh.. owwoowww.. sedap..!" terdengar di telingaku. Tak lama kemudian, Vanie pun menegur mereka, "Jangan terlalu nafsu ya, kalian!"
Vanie menggoda teman-teman cowoknya dengan nada yang menggoda, "Karena aku sendirian, sedangkan kalian bertiga enggak sebanding dong!"
Namun, mereka bertiga tidak memberikan jawaban apa pun kepada Vanie. Tiba-tiba, terdengar suara jeritan kesakitan yang cukup keras dari Ika, "Aaawww.., sakit..!"
Vanie kemudian melanjutkan dengan ucapan yang lebih menggoda lagi, "Aduh Tun.., Kamu udah mendapatkan keperawanan Saya..!"
Utun dengan cepat menjawab, "Gimana Ka..? Hebatkan Saya."
Setelah itu, Utun pun mendesah seolah-olah merasakan kesakitan, "Adu.. aduh.., kayanya alat kelaminku lecet deh dan akan mengeluarkan cairan penyubur." kata-katanya ditujukan kepada teman-temannya.
Dalam gaya yang menggugah semangat, Vanie menggoda teman-teman cowoknya dengan mengatakan, "Karena aku sendirian, sedangkan kalian bertiga enggak sebanding dong!"
Namun, mereka bertiga tidak memberikan jawaban apa pun kepada Vanie. Tiba-tiba, terdengar suara jeritan kesakitan yang cukup keras dari Ika, "Aaawww.., sakit..!"
Vanie kemudian melanjutkan dengan ucapan yang lebih menggoda lagi, "Aduh Tun.., Kamu udah mendapatkan keperawanan Saya..!"
Utun dengan cepat menjawab, "Gimana Ka..? Hebatkan Saya."
Setelah itu, Utun pun mendesah seolah-olah merasakan kesakitan, "Adu.. aduh.., kayanya alat kelaminku lecet deh dan akan mengeluarkan cairan penyubur." kata-katanya ditujukan kepada teman-temannya.
Tidak lama setelah itu, Iwan mengajukan pertanyaan yang cukup mengejutkan kepada Ika, "Vanie, aku bosan hanya menciummu saja. Aku ingin seperti Utun!" Iwan kemudian mencoba untuk mengganti posisi, namun yang membuatnya aneh adalah posisi yang ia lakukan tidak sama dengan yang dilakukan oleh Utun. Ia mencoba memasukkan alat kelaminnya ke dalam lubang pembuangan dari belakang, yang membuat Vanie menjerit kesakitan untuk kedua kalinya. "Aaawww.. Iiihh.. perih tahu Wan..! Kamu sih salah jalur..!" rintih Vanie sambil menahan sakit.
Namun, Iwan sepertinya tidak memperdulikan ucapan Ika dan terus mencoba untuk menjadi seperti Utun. Ia terus mencoba hingga akhirnya mencapai klimaks dan mengeluarkan cairan penyejuk hati. Namun, hanya sebentar saja, Iwan pun menjerit kesakitan dan alat kelaminnya dikeluarkan dari lubang pembuangan. Ia mengatakan, "Aaahh.., uuhh.., uuhh.., enaak Vanie, makasih. Kamu hebat..!"
Sementara itu, Asep yang setia hanya meraba-raba payudara Stephani dan kadang-kadang menggigit payudara Ika. Hal ini membuat suasana semakin edan dan tidak terduga.
Namun, tanpa disangka, akhirnya Asep merasa bosan dan ingin menjadi seperti kedua temannya yang telah mencoba cairan penyubur tersebut. Dengan semangat, Asep berkata kepada Vanie, "Vanie.., Aku juga ingin menjadi seperti mereka, ayo kita coba juga!"
Namun, Vanie menjawab dengan nada lemas, "Aduh Sep..! Aku rasa aku sudah lelah, maaf ya Sep..!"
Asep merasa kesal pada Vanie dan langsung menarik tangan Vanie ke arah alat kelaminnya sambil menyodorkannya. "Vanie.., aku tidak peduli.., aku ingin menjadi seperti mereka berdua!"
Vanie kembali menjawab dengan nada lemas, "Aduh Sep.., bagaimana ya, aku benar-benar lemas Sep..!"
Sementara itu, aku tetap terdiam di dalam kamar mandi.
Setelah sekitar 45 menit berlalu, pikiranku mulai melayang ke arah yang tak terduga. Apakah mungkin mereka berdua sedang melakukan oral seks? Aku terkejut dengan rasa penasaran yang semakin menggelora, membuatku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana. Tanpa ragu, aku memutuskan untuk melihat dengan mata kepala sendiri.
Beruntungnya, kamar mandi di sekolahku memiliki tembok pembatas yang tidak tertutup hingga ke langit-langit. Hal ini memberiku kesempatan untuk melihat mereka dari atas. Dan benar saja, aku bisa melihat mereka berempat dengan jelas. Namun, apa yang aku saksikan membuatku merasa kesal terhadap Asep.
Tanpa memedulikan permintaan Asep yang tidak terpenuhi, dia dengan kasar menarik kepala Vanieke ke arah alat kelaminnya yang sudah tegang. Dengan nada mengancam, Asep berkata kepada Vanie, "Ayo Vanie..! Kalau begitu, puaskan aku seperti mereka melakukannya..!"
Aku berusaha memanjat untuk melihat adegan tersebut secara langsung. Dan akhirnya, aku berhasil melihat semuanya dengan jelas. Vanie, seorang gadis yang langsung menuruti perintah Asep, sedangkan dua temannya, Utun dan Iwan, tergeletak di lantai, mencoba menahan rasa campuran antara kenikmatan dan sakit yang mereka rasakan.
Kisah ini memang menarik, namun juga mengundang perasaan campur aduk di dalam diriku. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya-tanya tentang alasan di balik tindakan mereka. Apakah ini hanya rasa ingin tahu yang berlebihan atau ada hal lain yang mendorong mereka melakukan hal ini?
Tidak berlangsung lama, Asep dengan penuh semangat berkata kepada Ika, "Vanie.., ahh.. aah.. hati-hati Vanie..! Aku akan mengirimkan cairan penyuburku yang luar biasa ini..!" Saya melihat Vanie dengan cepat melepaskan alat kelamin Asep dari mulutnya, dan ekspresi wajahnya terlihat campur aduk antara sedih dan bahagia. Sedih karena keperawanannya telah hilang oleh mereka bertiga, namun juga bahagia karena dia akan mendapatkan uang.
Asep sedang marah besar. Dengan geram, dia menyemprotkan cairan penyubur ke arah Vanie dan kedua temannya, sambil mendesis kesakitan terlebih dahulu. "Aaahh.., uuhh.., hati-hati dengan cairan penyuburku ini!" seru Asep sambil tetap mengocokkan penisnya.
Saya melihat dengan kaget Asep menyemprotkan cairan penyubur itu dengan kasar dari alat kelaminnya. Setelah 15 menit berlalu sejak Asep mengeluarkan cairan penyuburnya, mereka segera berpakaian kembali dengan cepat, melepas semua helai kain yang menutupi tubuh mereka. Sebelum mereka keluar, saya dengan hati-hati keluar dari kamar mandi tersebut, berusaha agar tidak terdengar oleh mereka. Kemudian, saya bergegas menuju kelas yang sudah memulai pelajarannya sejak tadi. Hanya beberapa menit berselang, mereka satu per satu masuk ke kelas dengan hati-hati, agar tidak ketahuan oleh guru kami.\
Hari itu berlalu begitu cepat hingga bel sekolah berbunyi. Aku melihat ketiga teman cowokku, Asep, Iwan, dan Utun terlihat sedikit lelah, seolah-olah mereka kehabisan nafas. Yang aneh, mereka berjalan dengan kehilangan tenaga. Aku yang suka iseng langsung menghampiri mereka bertiga dan bertanya, "Hey, kalian terlihat sangat lemas. Apa kalian baru saja melakukan sesuatu yang melelahkan, seperti menggali sumur?"
Asep, sebagai perwakilan mereka bertiga, dengan santai menjawab, "Iya, Bie. Seru banget rasanya menggali sumur bersama-sama!"
Aku tersenyum karena tahu persis apa yang mereka lakukan tadi. Tidak jauh dari tempatku berdiri, aku melihat Vanie berjalan sendirian dengan tas kantongnya yang selalu ia bawa di atas pundaknya setiap hari.
Sekarang, Vanie hanya bisa dibawa dengan cara dijingjing olehnya. Tanpa ragu, aku memanggilnya, "Vanie, tunggu!" Vanie menjawab dengan suara lemah, "Ada apa, Bie?" Aku ingin sedikit menggoda dia, jadi aku langsung bertanya, "Vanie, sepertinya kamu kelelahan. Apakah kamu baru saja tertembak oleh peluru nyasar yang menyerangmu?" Vanie menjawab dengan nada kesal, bahkan mungkin tersindir, "Yah, Bie, bukan peluru nyasar, tapi burung gagak yang nyasar menyerang sarang tawon dan goa Hiro, tahu!" Mendengar suaranya yang tersinggung, aku segera meminta maaf kepada Vanie. "Vanie, maaf."
New Post >> "Threesome Dengan Kenalan Baru"
New Post >> "Mintah Jatah 2-3 Kali"
"Kok kamu selalu menganggap serius ya, maaf ya Ka..?" ucapku sambil mencoba menenangkannya dengan senyuman ramah. Rasa penasaran yang menggebu-gebu membuatku langsung mendekatinya dengan harapan bisa mendapatkan jawaban yang aku inginkan.
"Vanie.., boleh nggak sih Vanie, aku mencoba masuk ke goa Hiro itu? Kayanya seru banget, bisa terbang seperti burung!" pintaku sambil tertawa pelan. Aku mencoba membuat suasana menjadi lebih ringan dan menyenangkan.
Namun, Vanie sudah mulai kesal dan lelah dengan pertanyaan-pertanyaanku. Dia menjawab dengan nada kesal, "Apa sih kamu, Bie..? Kamu mau masuk ke goaku, ya? Nanti aja dong, masih banyak burung lain yang ingin masuk ke goaku, tahu!"
Akhirnya, aku hanya bisa tertawa dengan perasaan senang.
0 Komentar